banyak yang mengira, filsafat adalah ilmu yang bertujuan mencari
Tuhan, menerawang sesuatu secara metafisis, dll... meskipun itu tidak
sepenuhnya salah, namun sebenarnya, esensi filsafat adalah mencari kebenaran...
sejak permulaan peradaban manusia, hakikat manusia adalah menuangkan
gagasan, pikiran, dan rumusan (idea) untuk mencari kebenaran, yang
digunakan sebagai cara manusia memandang bagaimana hidup yang seharusnya
(bertahan hidup)... namun di Zaman Modern saat ini, filsafat
seringkali mengeritik seperti apa kebenaran itu, filsuf-filsuf ini
biasanya berada di salah satu cabang filsafat, yaitu epistemologi
(sebuah pembahasan secara struktural mengenai pengetahuan)... namun,
sebenarnya kebenaran sudah dikritik para filsuf dari segala cabang, baik
di zaman Klasik, ada yang memandang kebenaran sebagai suatu fakta yang
tak perlu dikritik (absolut), ada yang memandang justru fakta hanya
sebuah interpretasi dari berbagai perspektif (relatif) dan kecenderungan
kosong (nihil), ada yang memandang kebenaran hanya ilusi dari realita
yang sesungguhnya (mistik)... tapi, walaupun ada banyak sekali
pemahaman mengenai kefaktaan, para filsuf, moralis, dan ilmuwan setuju
dengan pandangan realis, bahwa obyek tunggal seperti apapun tetaplah
tunggal, namun tetaplah pula subyek memandangnya.... belakangan, ilmuwan
alam (khususnya ahli-ahli fisika dan mekanika kuantum setuju karena ada
kaidah ketidak-pastian atom ketika diamati struktur perilakunya).
nah, oleh sebab itu, pada hakikatnya ide-ide filsuf itu hanya
mengambang tak tentu arah... namun, pencarian akan kebenaran ini
berbuah hasil menakjubkan, yang disebut sebagai budaya.
Apa Itu Budaya?
budaya adalah suatu hasil dari akal budi dan pikiran manusia,
maksudnya, para filsuf ini telah banyak melewati banyak pertentangan
(dialektika) yang berakhir pada pemikiran-pemikiran bijaksana...
akhirnya setelah merasa mencapai sebuah "pencerahan", mereka mengajarkan
etika dan moral dalam masyarakat (dengan berbagai metode) sehingga
terciptalah sebuah sistem nilai yang mengukuhkan eksistensi manusia di
dunia... banyak istilah untuk menyebut mereka, seperti nabi, rsi, wali,
sufi, ilmuwan, dukun, sastrawan, dsbnya... namun, dalam hal ini, mereka
disebut filsuf atau bisa dikatakan petuah bijak, karena mereka selalu bertuah dengan bijak dan kebijaksanaan mereka bersifat "sakti mandraguna"...
eits, jangan salah memahami kesaktian dan kekeramatan para filsuf,
maksud dari sakti mandraguna ini adalah bahwa konsep-konsep atau ide-ide
(gagasan) para filsuf telah mengilhami lahirnya sebuah budaya dan
peradaban, yang utamanya adalah progress... lantas apa saja budaya itu?
yang termasuk dalam kategori budaya (berdasarkan definisi (batasan) di atas) adalah bahasa, moral, agama, ilmu pengetahuan, seni, dan dalam skala besar akan menjadi sebuah peradaban... dengan kata lain, budaya ini menciptakan sebuah sistem nilai (value system) dimana kondisi masyarakat sebagai obyeknya, dan akal sebagai subyeknya...
ya, kita perlu berterima-kasih, berkat filsafat, lahirlah ilmu
pengetahuan, lahirlah agama, lahirlah moralitas, lahirlah
kebijaksanaan... namun, berterima-kasih dalam arti bukan kepada
filsafatnya, tapi kepada ide-ide "gila" filsuf yang di kemudian hari
menjadi sebuah pedoman yang menginspirasi para agamawan, ilmuwan,
negarawan, serta individu manusia yang terlibat dalam kosmos ini, untuk
membuat sebuah progress bagi peradaban manusia, tanpa menafikan bahwa
ternyata kebijaksanaan dapat pula melahirkan kerugian suatu peradaban,
akibat dinamika pemikiran manusia.
sumber
improve your writing!! thanks..
ReplyDelete