Selamat Datang

Selamat datang di blog yang sederhana ini. Semua yang ada di blog ini merupakan apa yang saya baca dan saya pelajari ,semoga apa yang ada di blog ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Thursday, October 11, 2012

Kecerdasan Emosional

1. Meraih sukses dengan kecerdasan emosi

"Ketika William Stern menemukan teori kecerdasan di tahun 1912, sejak saat itu Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient atau IQ) memonopili dan menjadi parameter dalam memilih calon-calon pekerja di berbagai sector. Stigma IQ sebagai standar dalam mengukur kemampuan seseorang menjadi menara gading. Bahasanya, orang yang akan sukses adalah mereka yang memiliki IQ tinggi."

Akhir abad 20 teori ini dipatahkan (baca: dilengkapi) dengan munculnya istilah Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotient. Kecerdasan yang bersumber di otak belakang manusia ini, tidak memiliki ukuran absolute. Menurut Goleman (2001/39), Kecerdasan Emosi adalah kemampuan seseorang untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan model ini sangat dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam bekerja.

Orang yang memiliki kecerdasan ini akan mampu menghadapi tantangan dan menjadikannya sosok individu yang bertanggung jawab dan optimis dalam menghadapi segala hal. Sedikitnya ada lima unsur yang membangun kecerdasan emosi :
  • Memahami emosi-emosi sendiri
  • Mampu mengelola emosi-emosi sendiri
  • Mampu memotivasi diri sendiri
  • Memahami emosi-emosi orang lain
  • Mampu membina hubungan sosial
Beberapa contoh kecil di dalam pekerjaan sebagai manifestasi kecerdasan emosi kita : Seringnya kita mengucap salam ketika bertemu orang, kita selalu murah senyum dengan siapapun, bicara dengan nada yang rendah, konsentrasi ketika mendengar lawan bicara, tatap mata lawan bicara kita, menghargai pendapat teman kerja, mencintai pekerjaan kita, menyesal bila tidak bisa hadir di kantor dll.

Tindakan tindakan positif di atas akan mendatangkan nilai positif pula bagi kita, seperti : kita akan memberikan dedikasi yang maksimal ke perusahaan, kita akan disenangi rekan kerja termasuk atasan kita, apresiasi positif dari berbagai pihak (baca:atasan) akan mengalir, kita juga akan mudah mendapat pertolongan dan yang terpenting kita akan dinilai positif oleh pengambil kebijakan.

Muara dari semua ini adalah kita akan meraih kesuksesan di dalam pekerjaan. Hal ini diperkuat dengan konklusi Goleman, bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% kesuksesan seseorang, sisanya hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ).

Di awal abad 21, muncul teori baru kecerdasan yang kerap disebut sebagai Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient). Menurut Danar Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Capital, kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam kontek makna yang lebih luas. Kecerdasan ini mengungkap dan menjawab jatidiri seseorang, who I am, untuk apa saya diciptakan.

Dalam bahasa sederhana, SQ adalah kecerdasan yang mampu mengikis sifat-sifat buruk manusia, karena dia tahu jatidirinya sebagai mahluk sosial dan mahluk Tuhan. Kalau dia seorang pejabat dia tidak akan korupsi misalnya.

Dari paparan di atas, ternyata untuk menjadi sukses, kita wajib mengasah tiga kecerdasan, yaitu Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosi (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Dengan mensinergikan ketiganya kita akan menjadi manusia yang utuh baik secara skills, moral, maupun spiritual. Ilmu tanpa hati adalah buta, ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa.
2. Keuntungan memiliki kecerdasan emosi
Banyak para ahli berpendapat bahwa kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi akan sangat bermanfaat dan berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup yang lebih baik, sehingga kehidupan ini dapat memberi nilai yang tak terhingga. Berikut ini manfaat dari Kecedasan Emosi (EQ):

1. Mengatasi Stres.
Stres merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup dan dapat dialami oleh siapa saja. Toleransi terhadap stres merupakan kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan. Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat.

2. MengendalikanDorongan Hati (Menahan Diri).
Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa yang akan datang.

3. Mengelola SuasanaHati.
Merupakan kemampuan emosional yang meliputi kecakapan untuk tetap tenang dalam suasana apapun, menghilangkan gelisah yang timbul, mengatasi kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan. Menurut Aristoteles, marah itu mudah akan tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat, waktu, tujuan dengan cara yang tepat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas secara emosi.

4. Dapat Memotivasi Diri.
Orang yang mampu memotivasi dirinya akan cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang dihadapi. Ada begitu banyak cara dalam memotivasi diri sendiri antara lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif, tetap fokus pada impian, mengevaluasi diri, dan terus melakukan intropeksi diri.

5. Memiliki Kemampuan Sosial.
Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan siapa saja.  Seseorang yang memiliki kemampuan sosial dapat bergaul, menyenangkan dan tenggang rasa terhadap orang lain.

6. Mampu Memahami Orang Lain.
Menyadari dan menghargai orang lain adalah hal terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini disebut dengan empati. Keuntungan yang didapatkan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.

3. Cara untuk mengasah kecerdasan emosi
A.Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian
B.Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
C.Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya.
Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
D.Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
E.Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
F.Mengelola emosi orang lain
Jika ketrempilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
G.Memotivasi orang lain.
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.

4. Membiasakan diri hidup dengan kecerdasan emosi

1. MULAILAH DENGAN CERDAS LITERASI

Maksudnya, perkayalah vocabulary emosi Anda dengan berbagai kata-kata yang erat hubungannya dengan perasaan. Menurut sejumlah sumber, daftar "perasaan" itu ada sekitar 200-an kosa kata. Kemudian, biasakanlah mengatakannya secara eksplisit atau implisit, dalam cara yang "gue banget". 

Berilah label pada perasaan Anda dan bukan pada orang atau situasinya. Gunakanlah kata-kata perasaan se-spesifik mungkin.

"Aku ngerasa udah nggak sabar nih."

bukan

"Ini udah keterlaluan." 

"Ndengerin kamu, aku kok merasa sakit hati ya."

bukan

"Kamu emang nggak sensitif deh."

"Heehh... gua jadi ngeri nih!"

bukan

"Elu nyupir udah kayak oran gila!"

"Saya kok merasa tidak enak hati ya," bukan seperti kalimat pertama Saya di atas.

Dengan cerdas emosi secara literasi, Anda akan menjadi lebih mudah memahami, menyelami, dan mengontrol emosi Anda pribadi. 

2. BEDAKAN PIKIRAN DARI PERASAAN

Pikiran:

"Saya merasa seperti..."
"Saya merasa seolah-olah..."
"Saya merasa bahwa..."


Perasaan:

"Saya merasa..."

Gunakan secara langsung kata-kata perasaan yang terkait dengan perasaan Anda. Hilangkan kata penghubungnya.

Dengan lebih mampu membedakan pikiran dari perasaan, Anda akan menjadi lebih yakin dengan berbagai jawaban, inspirasi, keputusan dan tindakan Anda sendiri. 

3. BERTANGGUNGJAWABLAH UNTUK PERASAAN ANDA

"Aku merasa cemburu."

bukan

"Engkau membuatku cemburu."

Yang cemburu adalah diri Anda sendiri. Yang menciptakan perasaan cemburu adalah emosi Anda sendiri. Bukan orang lain, bukan situasi atau keadaan. 

"Saya merasa marah karena perbuatan kamu!"

bukan

"Perbuatan kamu membuat Saya marah!"

Yang marah adalah diri Anda sendiri. Yang menciptakan kemarahan adalah emosi Anda sendiri. Bukan orang lain, bukan situasi atau kejadian. 

Dengan bisa bertanggungjawab untuk emosi Anda, Anda akan lebih independen, lebih mandiri, dan lebih percaya diri.

4. GUNAKAN PERASAAN UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN

Tips yang satu ini bisa cukup berbahaya. So untuk latihan awal, sebaiknya Anda TIDAK KELUAR dari kerangka berikut ini. 

"Apa yang akan Saya rasakan jika Saya melakukan ini?"
"Apa yang akan Saya rasakan jika Saya tidak melakukannya?"


Dengan terlatih jernih dalam melibatkan perasaan di dalam mengambil keputusan, Anda akan terlatih lebih baik untuk mengambil keputusan dalam cara yang lebih presisi. Intuisi Anda akan bisa diandalkan dan tidak akan menyesatkan. 

Tips keputusan berbasis intuisi ini bisa membantu Anda. 

5. DEMONSTRASIKAN PENGHARGAAN TERHADAP PERASAAN ORANG 

Bukan hanya menghargai, tapi lebih dari itu demonstrasikanlah penghargaan Anda terhadap perasaan orang lain.

"Apa perasaan kamu kalo aku pilih yang ini?"
"Apa perasaan Anda jika Saya tidak melakukannya?" 


Dengan menghargai emosi orang lain, orang lain juga akan menghargai emosi Anda. Dengan mendemosntrasikannya kepada orang lain, orang lain juga akan mendemonstrasikannya untuk Anda. 

6. FEEL THE ENERGY NOT THE ANGRY 

Manfaatkanlah apa yang disebut orang dengan "marah", sebagai alat bantu dan motivasi untuk bertindak produktif.

Belajarlah untuk mahir memisahkan "sebab kemarahan" dari "energi kemarahan". Saat Anda berhasil, Anda bisa melupakan sebabnya dan memanfaatkan energinya. 

Cara yang mudah adalah dengan menjadikan apa yang pasti pernah Anda katakan ini menjadi sebuah skill. Sadarilah saat Anda mengatakannya. Latihlah mengatakannya dalam konteks positif.

"Awas ya..."
"Liat nanti..."
"Pada suatu saat..."
"Liat gue dua tahun lagi..."


Tempatkanlah ungkapan di atas dalam kerangka positive thinking, supaya energinya juga positif.

Dengan mampu mengelola energi emosi, Anda akan mendapatkan "turbo charge" untuk perjalanan Anda menuju sukses. Emosi Anda tidak lagi destruktif, ia telah menjadi bahan bakar. 

Tips ini emosi mungkin bisa mengingatkan Anda kembali. 

7. VALIDASI PERASAAN ORANG

Bukan hanya penghargaan, tapi juga tunjukkan bahwa perasaan orang lain itu memang "ada". 

Tunjukkan empati, simpati, pengertian, dan PENERIMAAN akan keberadaan perasaan orang lain. 

Latihlah kemampuan ber-empati dan ber-simpati Anda.

Jika Anda bisa menemukan bahwa emosi orang lain memang ada, maka mereka juga akan menemukan bahwa emosi Anda pun ada. 

8. AMBIL NILAI POSITIF DARI BERBAGAI EMOSI 

Latihlah paket-paket pertanyaan ini.

"Bagaimana rasanya?" dan "Apa yang bisa membuat Saya merasa lebih baik?" 

"Bagaimana perasaan Anda?" dan "Apa yang bisa membuat Anda merasa lebih baik?"

Dengan terbiasa mengambil nilai positif, Anda akan makin pandai "menyamankan" perasaan Anda. Dengan perasaan yang nyaman, Anda akan bisa berjalan dengan melenggang. 

9. BELAJARLAH MENDENGAR

Dengarlah dengan empati tanpa penghakiman.

Mendengar, adalah keahlian yang paling sulit untuk dikuasai.

Dengan kemampuan mendengar yang lebih baik, orang lain akan lebih mendengarkan Anda. 

Tips mendengar ini bisa membantu Anda.

10. HINDARI MEREKA DAN APA YANG MENYIKSA PERASAAN ANDA 

Tentu saja, ini tidak bisa selalu Anda lakukan, tapi setidaknya, kurangilah kebersamaan Anda bersama mereka. Atau, cobalah berbagai cara agar Anda tidak berada di bawah kekuasaan psikologis mereka. 

Cara yang paling ampuh, adalah "balas kejahatan dengan kebaikan." Dan dalam banyak hal, Anda pasti lebih mudah melakukannya. Dengan pilihan ini, Anda malah tidak menghindar tapi menghadapi dengan tenang. Alias, bersabar. 

Menerima kiriman spam? Ya tinggal dihapus saja, nggak perlu marah.
Diejek orang? Senyum aja, walaupun kecut.

sumber : disarikan dari berbagai sumber

Saturday, September 29, 2012

Gedenya Toket Aura Kasih

Hahahaha MAMPUS LO!!MAKAN TU !! :D

Bodohnya Guruku


Perubahan akan terjadi jika kita memang bertekad untuk berubah. Perubahan mustahil terjadi jika kita enggan berubah. Mungkin keengganan itu disebabkan kenyamanan yang telah kita miliki sehingga kita khawatir kenyamanan itu akan hilang. Maka, di situlah kebodohan terletak dan diletakkan, yakni hidup dalam kungkungan kebodohan yang tak disadarinya. Kasihan benar jika itu benar-benar terjadi.
Kondisi itu pun sebenarnya sering terjadi di dunia pendidikan, khususnya di kalangan guru. Kondisi itu terjadi pada guru yang suka atau sering menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Ya, para pengguna LKS itu sebenarnya dibodohi pihak lain. Sayangnya, guru tidak menyadari bahwa dirinya sedang dibodohi. Lalu, di manakah letak kebodohannya itu?
Siapa Dikayakan dengan LKS?
Jika guru mau berpikir bijak, sebenarnya dirinya itu memerkaya orang lain. Guru itu begitu baik kepada orang yang tak dikenalnya sehingga ia tak menyadari bahwa dirinya telah menjadi kacung alias kuli untuk memerkaya orang lain sedangkan dirinya tetap berada dalam kemiskinan. Bagaimana kondisi itu bisa terjadi? Jika guru mau menelusuri persoalan LKS, sebenarnya LKS itu harganya teramat murah. Sangat murah tetapi guru itu menjual mahal dan uangnya diberikan kepada orang lain.
Sebenarnya LKS dengan jumlah halaman berkisar 56 lembar dicetak dengan harga sekitar Rp1500 per eks karena hanya menggunakan kertas CD atau buram dan sampul arpaper 100 gram. Lalu, LKS itu dijual ke pasaran berkisar Rp5000 setiap eksnya. Uang sebesar Rp5000 itu didistribusikan kepada penerbit, sales, dan guru dengan persentase berbeda-beda. Penerbit LKS mendapatkan 50% (Rp2500), sales mendapatkan 10% (Rp500) dan guru mendapatkan 40% (Rp2000) per eksnya.
Rerata satu kelas memiliki siswa sebanyak 40 orang. Jadi, uang yang terkumpul sebesar Rp200.000 setiap kelas untuk setiap mata pelajarannya. Satu kelas biasanya memiliki 10 mata pelajaran. Itu berarti bahwa uang LKS yang terkumpul sebesar Rp2.000.000 untuk 10 mata pelajaran. Selanjutnya, uang sebesar itu dibagi-bagi berdasarkan persentase di atas, yaitu penerbit mendapatkan Rp1.000.0000, sales mendapatkan Rp200.000, dan guru mendapatkan Rp800.000.
Khusus jatah guru sebesar Rp800.000, uang itu harus dibagi kepada 10 guru mata pelajaran. Dengan demikian, seorang guru hanya mendapatkan Rp80.000. Uang yang sangat teramat sedikit jika dibandingkan dengan tanggung jawab atas penjualan LKS kepada murid-muridnya. Guru sering dicaci maki oleh orang tua murid karena sering memberikan PR dan kadang dipermalukan sales LKS di depan umum. Dan betapa besarnya uang yang diterima penerbit dan sales. Sangat tidak sebanding!
Di sinilah kebodohan guru dapat dilihat. Guru menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap distribusi LKS hingga ke tangan siswanya. Guru harus membagikan LKS. Guru harus melakukan administrasi keuangan. Guru harus menagih uang LKS kepada murid atau orang tuanya. Kadang guru harus nomboki atau melunasi LKS terlebih dahulu dengan uang pribadinya karena sales LKS sudah menagihnya ke kantor.Perhatikanlah di sini, betapa bodohnya guru karena menjadi kuli untuk memerkaya penerbit dan sales LKS. Penerbit cukup duduk manis di kantor menerima setoran dari sales dan sales cukup mendatangi sekolah untuk menagih uang LKS kepada guru.
Jadi, sebenarnya LKS itu tidak hanya membuat malas para guru. Namun, LKS juga telah membodohi gurunya. Guru tak mengenal penulis LKS sehingga tidak mengetahui kualitas LKS yang digunakan diri dan murid-muridnya. Selain itu, guru tetap berada dalam kemiskinan sedangkan penerbit dan sales makin kaya. Cobalah diperhatikan, sering sekali sales menjual LKS ke sekolah dengan naik motor bagus, bahkan mengendarai mobil. Cobalah diperhatikan, penerbit pasti memiliki gedung percetakan yang bagus. Jadi, masihkah guru itu mau menggunakan LKS buatan penerbit?