Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyadari bahwa rakyatnya sudah
lelah dengan perang. Maka, dia mengulangi komitmen memulangkan para
tentara AS dari Afganistan pada 2014 setelah mereka berperang selama
lebih dari sepuluh tahun di sana.
Janji itu diutarakan Obama
dalam pidato yang disiarkan langsung dari pangkalan militer AS di
Bagram, Afganistan, 2 Mei waktu setempat. Obama, untuk kesekian kali,
mengadakan kunjungan dadakan ke Afganistan untuk bertemu dengan para
tentara AS sekaligus menyepakati perjanjian baru dengan pemerintah
setempat.
"Saya sadar bahwa banyak warga Amerika yang sudah
lelah dengan perang. Namun kita harus menyelesaikan tugas yang kita
mulai di Afganistan dan mengakhirinya secara bertanggung jawab," kata
Obama dalam pidato yang disiarkan untuk jaringan televisi di Amerika.
Demi
pertimbangan keamanan, Obama tidak berlama-lama di Afganistan. Beberapa
jam setelah Obama meninggalkan negeri itu pada Rabu dini hari waktu
setempat, muncul insiden bom bunuh diri di Kabul yang menewaskan
sedikitkan enam orang.
"Para warga Amerika, kita telah menempuh
lebih dari satu dekade di bawah awan gelap perang. Namun di sini, di
langit Afganistan pada dini hari, kita bisa melihat cahaya yang muncul
pada hari yang baru," kata Obama saat mengawali pidato.
"Saat
kita bangkit dari dekade konflik di luar negeri dan krisis ekonomi di
dalam negeri, maka sudah saatnya mewujudkan Amerika yang baru. Peran
dimulai di Afganistan dan kita akan mengakhirinya di sini," lanjut
Obama.
AS dengan dukungan para sekutunya di NATO menginvasi
Afganistan tak lama setelah tragedi serangan teror di Negeri Paman Sam
pada 11 September 2001. Rezim Taliban dan jaringan teroris al-Qaeda
berhasil mereka singkirkan dari kekuasaan, namun dengan mengorbankan
hampir 3.000 nyawa tentara AS dan NATO dan lebih banyak lagi warga sipil
Afganistan yang tewas.
Selama sekitar enam jam di Afganistan,
Obama pun bertemu dengan Presiden Hamid Karzai. Mereka menyepakati suatu
kemitraan strategis yang menjamin AS tetap membantu Afganistan untuk
jangka panjang walau akan memulangkan pasukannya dari sana pada 2014.
Namun
perjanjian itu tidak secara rinci menyebut berapa banyak personel
militer AS yang bertugas di Afganistan untuk membantu penegakan
keamanan, termasuk dalam menjalankan operasi khusus.
Negosiasi
perjanjian ini memakan waktu berbulan-bulan hingga muncul beberapa
kompromi penting. AS menyetujui tuntutan Karzai agar menyerahkan kendali
atas penjara-penjara milik Amerika di sana kepada otoritas Afganistan.
Di sisi lain, Kabul memberi izin kepada Washington menjalankan operasi
militer di malam hari, namun tetap melibatkan aparat keamanan lokal.
sumber
No comments:
Post a Comment
Pengunjung yang baik itu adalah yang meninggalkan jejak,berkomentarla dengan sopan dan santun :)