Selamat Datang

Selamat datang di blog yang sederhana ini. Semua yang ada di blog ini merupakan apa yang saya baca dan saya pelajari ,semoga apa yang ada di blog ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Saturday, September 29, 2012

Bodohnya Guruku


Perubahan akan terjadi jika kita memang bertekad untuk berubah. Perubahan mustahil terjadi jika kita enggan berubah. Mungkin keengganan itu disebabkan kenyamanan yang telah kita miliki sehingga kita khawatir kenyamanan itu akan hilang. Maka, di situlah kebodohan terletak dan diletakkan, yakni hidup dalam kungkungan kebodohan yang tak disadarinya. Kasihan benar jika itu benar-benar terjadi.
Kondisi itu pun sebenarnya sering terjadi di dunia pendidikan, khususnya di kalangan guru. Kondisi itu terjadi pada guru yang suka atau sering menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Ya, para pengguna LKS itu sebenarnya dibodohi pihak lain. Sayangnya, guru tidak menyadari bahwa dirinya sedang dibodohi. Lalu, di manakah letak kebodohannya itu?
Siapa Dikayakan dengan LKS?
Jika guru mau berpikir bijak, sebenarnya dirinya itu memerkaya orang lain. Guru itu begitu baik kepada orang yang tak dikenalnya sehingga ia tak menyadari bahwa dirinya telah menjadi kacung alias kuli untuk memerkaya orang lain sedangkan dirinya tetap berada dalam kemiskinan. Bagaimana kondisi itu bisa terjadi? Jika guru mau menelusuri persoalan LKS, sebenarnya LKS itu harganya teramat murah. Sangat murah tetapi guru itu menjual mahal dan uangnya diberikan kepada orang lain.
Sebenarnya LKS dengan jumlah halaman berkisar 56 lembar dicetak dengan harga sekitar Rp1500 per eks karena hanya menggunakan kertas CD atau buram dan sampul arpaper 100 gram. Lalu, LKS itu dijual ke pasaran berkisar Rp5000 setiap eksnya. Uang sebesar Rp5000 itu didistribusikan kepada penerbit, sales, dan guru dengan persentase berbeda-beda. Penerbit LKS mendapatkan 50% (Rp2500), sales mendapatkan 10% (Rp500) dan guru mendapatkan 40% (Rp2000) per eksnya.
Rerata satu kelas memiliki siswa sebanyak 40 orang. Jadi, uang yang terkumpul sebesar Rp200.000 setiap kelas untuk setiap mata pelajarannya. Satu kelas biasanya memiliki 10 mata pelajaran. Itu berarti bahwa uang LKS yang terkumpul sebesar Rp2.000.000 untuk 10 mata pelajaran. Selanjutnya, uang sebesar itu dibagi-bagi berdasarkan persentase di atas, yaitu penerbit mendapatkan Rp1.000.0000, sales mendapatkan Rp200.000, dan guru mendapatkan Rp800.000.
Khusus jatah guru sebesar Rp800.000, uang itu harus dibagi kepada 10 guru mata pelajaran. Dengan demikian, seorang guru hanya mendapatkan Rp80.000. Uang yang sangat teramat sedikit jika dibandingkan dengan tanggung jawab atas penjualan LKS kepada murid-muridnya. Guru sering dicaci maki oleh orang tua murid karena sering memberikan PR dan kadang dipermalukan sales LKS di depan umum. Dan betapa besarnya uang yang diterima penerbit dan sales. Sangat tidak sebanding!
Di sinilah kebodohan guru dapat dilihat. Guru menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap distribusi LKS hingga ke tangan siswanya. Guru harus membagikan LKS. Guru harus melakukan administrasi keuangan. Guru harus menagih uang LKS kepada murid atau orang tuanya. Kadang guru harus nomboki atau melunasi LKS terlebih dahulu dengan uang pribadinya karena sales LKS sudah menagihnya ke kantor.Perhatikanlah di sini, betapa bodohnya guru karena menjadi kuli untuk memerkaya penerbit dan sales LKS. Penerbit cukup duduk manis di kantor menerima setoran dari sales dan sales cukup mendatangi sekolah untuk menagih uang LKS kepada guru.
Jadi, sebenarnya LKS itu tidak hanya membuat malas para guru. Namun, LKS juga telah membodohi gurunya. Guru tak mengenal penulis LKS sehingga tidak mengetahui kualitas LKS yang digunakan diri dan murid-muridnya. Selain itu, guru tetap berada dalam kemiskinan sedangkan penerbit dan sales makin kaya. Cobalah diperhatikan, sering sekali sales menjual LKS ke sekolah dengan naik motor bagus, bahkan mengendarai mobil. Cobalah diperhatikan, penerbit pasti memiliki gedung percetakan yang bagus. Jadi, masihkah guru itu mau menggunakan LKS buatan penerbit?


No comments:

Post a Comment

Pengunjung yang baik itu adalah yang meninggalkan jejak,berkomentarla dengan sopan dan santun :)